Langsung ke konten utama

Materi Paedagogik | Perkembangan Potensi Peserta Didik ( Part 2/4)

Materi Paedagogik setelah penilaian adalah pengembangan potensi didik. materinya dibagi menjadi 4 bagian yaitu konsep perkembangan prilaku dan pribadi dan potensi peserta didik lalu perkembangan fisik motorik, kemampuan intelektual, kecerdasan emosi, ketrampilan sosial, moral. dan spriritual peserta didik, juga kemampuan awal dan kesulitan belajar peserta didik.

Part 1

Pada Part 2 ini khusus membahas tentang Potensi Peserta didik. Part 3 selanjutnya akan membahas perkembangan fisik motorik, kemampuan intelektual, kecerdasan emosi, ketrampilan sosial, moral, dan spritual juga kemampuan awal dan kesulitan belajar peserta didik.




Potensi Peserta Didik

Dengan memahami potensi peserta didik, guru dapat memberi gambaran yang tepat tentang kekuatan dan kelemahan, kelebihan dan kekurangan peserta didik, serta dapat mengetahui potensi yang perlu ditingkatkan dan kelemahan yang perlu diminimalisasi. 

Dengan demikian, guru dapat merencanakan pembelajaran yang tepat, kreatif, dan efektif agar peserta didik mencapai prestasi terbaiknya sesuai dengan potensinya. 

Peta Materi Potensi Peserta Didik



Setiap peserta didik dianugerahi potensi (potential ability) atau kapasitas (capacity). Terdapat keragaman atau perbedaan potensi yang dimiliki peserta didik yang satu dengan yang lainnya, baik dalam jenis potensi yang dimiliki maupun dalam kualitas potensi.


a. Pengertian Potensi

Potensi adalah kemampuan yang masih terkandung dalam diri peserta didik yang diperoleh secara herediter (pembawaan). Menurut Syaodih (2007:159)
.
Melalui proses belajar atau pengaruh lingkungan, maka potensi dapat diwujudkan dalam bentuk prestasi hasil belajar atau kecakapan nyata dalam berbagai aspek kehidupan dan perilaku.

Oleh karena potensi merupakan kecakapan yang masih tersembunyi atau yang masih terkandung dalam diri peserta didik, maka guru sebaiknya memiliki kemauan dan kemampuan mengidentifikasi potensi yang dimiliki peserta didik yang menjadi siswa asuhnya, kemudian membantu mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.

b. Jenis-jenis Potensi

Potensi dibedakan menjadi:
  1. Potensi fisik dan 
  2. Potensi psikologis (Desmita, 2014:40). 

Potensi psikologis berkaitan dengan kecerdasan atau inteligensi (intelligence), bakat (aptitude), dan kreativitas. 

  • Kecerdasan diantaranya adalah kecerdasan umum (kemampuan intelektual) dan kecerdasan majemuk.
  • Bakat terbagi menjadi bakat sekolah (scholastic aptitude) dan bakat dalam pekerjaan (vocational aptitude).

1. Potensi Fisik

Potensi fisik berkaitan dengan kondisi dan kesehatan tubuh, ketahanan dan kekuatan tubuh, serta kecakapan motorik (Desmita,2014:53).


Individu yang memiliki kecerdasan kinestetis, berbakat dalam bidang fisik mampu mempelajari olah raga dengan cepat, selalu menunjukkan permainan yang baik, atau individu yang berbakat dalam seni Tari mampu menguasai gerakan-gerakan yang indah dan lentur.Gardner (Syaodih, 2007:95)

2. Potensi Psikologis

a) Potensi Kecerdasan Umum 

Kecerdasan umum (general intelligence) atau kemampuan intelektual merupakan kemampuan mental umum yang mendasari kemampuannya untuk mengatasi kerumitan kognitif (Gunawan, 2006:218) .

Kemampuan umum dikaitkan dengan kemampuan untuk pemecahan masalah, berpikir abstrak, keahlian dalam pembelajaran. Menurut Syaodih (2007:256) seseorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi maka memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengenal, menerima, dan memahami pengetahuan, menganalisa, mengevaluasi, dan memecahkan masalah, membaca, menulis, serta mengingat fakta. 

Inteligensi atau kemampuan merupakan potensi bawaan (potential ability) yang dikaitkan dengan 
keberhasilan peserta didik dalam bidang akademik di sekolah.

Peserta didik yang memiliki intelektual tinggi atau IQ nya (tingkat intelegensi) tinggi diprediksi akan 
memiliki prestasi belajar yang tinggi pula, dan sebaliknya.

b) Kecerdasan Majemuk 

Menurut Gardner (Syaodih, 2011:95) tingkat inteligensi atau IQ bukan satu-satunya kecerdasan yang dapat meramalkan kesuksesan, akan tetapi ada kecerdasan dalam spektrum yang lebih luas yaitu kecerdasan majemuk (multiple intelligentce). 

Dalam diri anak terdapat berbagai potensi atau kecerdasan majemuk. Menurut Gardner setiap anak memiliki kecenderungan dari delapan kecerdasan, meskipun memiliki tingkat penguasaan yang berbeda. 

  1. Kecerdasan bahasa (verbal-linguistic intelligence), kecakapan berpikir melalui kata-kata, menggunakan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks (penulis, ahli bahasa, sastrawan, jurnalis, orator, penyiar adalah orang-orang yang memiliki inteligensi linguistik yang tinggi.
  2. Kecerdasan matematika - logis (logical-mathematical intelligence), kecakapan untuk menyelesaikan operasi matematika (para ilmuwan, ahli matematis, akuntan, insinyur, pemrogram komputer). 
  3. Kecerdasan spasial–visual (visual-spatial intelligence), kecakapan berpikir dalam ruang tiga dimensi (pilot, nakhoda, astronot, pelukis, arsitek, dll.)
  4. Kecerdasan kinestetis atau gerakan fisik (kinesthetic intelligence). Kecakapan melakukan gerakan dan keterampilan-kecekatan fisik (olahragawan, penari, pencipta tari, perajin profesional, dokter bedah).
  5. Kecerdasan musik (musical intelligence). Kecakapan untuk menghasilkan dan menghargai musik, sensitivitas terhadap melodi, ritme, nada, tangga nada, (komposer, musisi, kritikus musik, penyanyi, pengamat musik). 
  6. Kecerdasan hubungan sosial (interpersonal intelligence). Kecakapan memahami dan merespon serta berinteraksi dengan orang lain secara efektif (guru, konselor, pekerja sosial, aktor, pimpinan masyarakat, politikus)
  7. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence). Kecakapan mengenali dan memahami diri serta menata diri sendiri secara efektif (agamawan, psikolog, psikiater, filsuf). 
  8. Kecerdasan naturalis adalah kecakapan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta (petani, ahli botani, arkeolog, antropolog, ahli ekologi, ahli tanah,atau pecinta lingkungan)
Konsep kecerdasan majemuk bukanlah hal baru, ahli-ahli lain menyebutnya sebagai bakat atau aptitude.
Dalam pandangan Gardner tidak ada manusia bodoh, terutama jika individu diberikan rangsangan yang tepat. 

Setiap peserta didik memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda dari 8 kecerdasan majemuk. 
Setiap kecerdasan akan menjadi suatu kemampuan yang luar biasa jika lingkungan (orangtua dan guru) memberikan rangsangan yang tepat.


c) Bakat

Bakat merupakan kecakapan dasar atau suatu potensi yang merupakan pembawaan untuk memperoleh suatu pengetahuan atau keterampilan pada bidang tertentu. Setiap individu memiliki bakat hanya berbeda baik dalam derajat maupun jenisnya.

Bakat dapat dikelompokkan menjadi bakat bilangan, bakat bahasa, bakat tilikan ruang, tilikan hubungan sosial, dan bakat gerak motoris (Makmun, 2009:55).

 Pembagian jenis bakat mungkin dikaitkan dengan 
  1. bidang studi atau bakat sekolah (scholastic aptitude)
  2. bidang pekerjaan (vocational aptitude).
d) Kreativitas

Kreativitas memegang peranan penting dalam kehidupan manusia . Dengan kreativitas individu dapat mencapai keberhasilan dan kebahagiaan. Orang kreatif adalah orang yang unggul, terus belajar, dan membuat kreasi. Setiap orang memiliki potensi kreatif meskipun dalam derajat yang berbeda (DePorter, 2001:293). 

Kreativitas mengarah ke penciptaan sesuatu yang baru, berbeda, unik, baik itu berbentuk lisan, tulisan, maupun konkret atau abstrak

Kreativitas timbul dari pemikiran divergen. Berpikir divergen mempertimbangkan beberapa jawaban yang mungkin ada untuk suatu masalah (Hurlock, 2013:5). De Bono (1991:8) menyebutnya sebagai berpikir lateral. 

Pola berpikir lateral selalu berkaitan dengan ide-ide baru sehingga nampak erat kaitannya dengan pola berpikir kreatif.

Berpikir secara divergen atau lateral, memberi kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapat sebanyak mungkin tanpa memikirkan bahwa pendapat yang disampaikan itu benar atau salah, memberikan jawaban yang berbeda, memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah, dan memberikan gagasan-gagasan yang berbeda atau baru.

  • Hubungan Kreativitas dengan Kecerdasan
Menurut Hurlock (2013:4-5) tidak selamanya orang yang kreatif memiliki inteligensi yang tinggi. Kadang-kadang ditemukan orang yang memiliki bakat kreatifnya tinggi tetapi tingkat kecerdasannya rendah, dan tidak semua orang yang tingkat kecerdasannya tinggi adalah pencipta. 

  • Kondisi yang Meningkatkan Kreativitas
Dalam mengembangkan kreativitas peserta didik lebih mengutamakan proses bukan hasil sehingga guru perlu menghargai apa yang telah dilakukan oleh peserta didik. 

Anak merasa puas dapat menciptakan sesuatu sendiri dan jika dihargai maka dia akan merasa bahagia. Penghargaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kepribadian anak. Sebaliknya tidak ada yang lebih mengurangi harga dirinya selain kritikan dan ejekan terhadap kreasi tersebut. 

Kreativitas berkembang pada lingkungan yang hangat, menghargai, mendorong, dan memberi rasa aman untuk mengekspresikan kreativitasnya. Berikut cara mendidik yang meningkatkan kreatifitas

Cara mendidik yang demokratis dan permisif di rumah dan sekolah meningkatkan kreativitas, sedangkan cara mendidik yang otoriter melemahkanya

Cara mendidik yang demokratis meningkatkan kreativitas karena memberi kesempatan yang lebih banyak kepada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya. Sedangkan cara mendidik yang permisif memberi kebebasan kepada anak untuk mengemukakan ide-ide tanpa takut salah. 




Selain itu untuk mengembangkan kreativitas diperlukan sarana dan prasarana untuk mengembangkannya. Seperti halnya potensi yang lain bakat kreatif dikembangkan melalui interaksinya dengan lingkungan. 

Hurlock (2013:11) menyatakan terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas, seperti berikut ini.

  1. Waktu. Beri kesempatan kepada anak untuk memiliki waktu bebas untuk menemukan ide-ide dan mempraktekkan idenya.
  2. Kesempatan. Berikan waktu dan kesempatan menyendiri untuk mengembangkan kehidupan imajinatif yang kaya, bebas dari tekanan kelompok sosial.
  3. Dorongan. Berikan dorongan untuk kreatif meskipun prestasinya tidak sesuai dengan standar orang dewasa, jangan diejek atau dikritik
  4. Sarana. Sediakan sarana yang merupakan hal penting untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi.
  5. Lingkungan. Berikan lingkungan rumah dan sekolah yang merangsang kreativitas anak. Bimbinglah untuk menggunakan sarana yang akan mendorong kreativitas dan berikan sedini mungkin sejak anak masih bayi dan lanjutkan hingga masa sekolah 
  6. Percaya diri. Bangun hubungan orangtua dan anak yang tidak posesif, agar memberikan rasa percaya diri dan mandiri. 
  7. Cara mendidik. Didiklah anak secara demokratis dan permisif baik di rumah dan di sekolah yang akan meningkatkan kreativitas.
  8. Pengetahuan. Kreativitas tidak muncul dalam kehampaan.

Berikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan yang dapat diperoleh anak, semakin baik dasar untuk mencapai hasil yang kreatif. Pulaski mengatakan, “Anak-anak harus berisi agar dapat berfantasi”.

  • Karakteristik Kreativitas
Beberapa ahli psikologi mengemukakan karakteristik kreativitas berdasarkan hasil studi terhadap kreativitas. Menurut Munandar (Ali, 2014:52) ciri-ciri kreativitas antara lain sebagai berikut: 
  • senang mencari pengalaman baru; 
  • memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas sulit; 
  • memiliki inisiatif; 
  • sangat tekun; 
  • cenderung bersikap kritis terhadap orang lain; 
  • berani menyatakan pendapat dan keyakinannya;
  • selalu ingin tahu; 
  • peka atau perasa; 
  • enerjik dan ulet; 
  • menyenangi tugas-tugas yang majemuk; 
  • percaya diri; 
  • memiliki rasa humor: 
  • memiliki rasa keindahan; 
  • berwawasan masa depan dan penuh imajinasi.

  • Tahapan Kreativitas
Menurut Wallas (Ali, 2014:51) keberhasilan orang-orang kreatif dalam mencapai ide, gagasan, pemecahan, cara kerja, dan karya baru biasanya melewati beberapa tahapan seperti berikut ini.

  1. Persiapan meletakan dasar: mempelajari latar belakang masalah, seluk beluk dan problematiknya. Pada tahapan ini diperlukan minat dan antusiasme untuk memperoleh pengetahuan dan informasi sebagai persiapan untuk kreativitas. Guru perlu memberikan informasi atau pengetahuan yang memadai kepada peserta didik sebagai dasar pengembangan kreativitasnya.
  2. Inkubasi: mengambil waktu untuk meninggalkan masalah, istirahat, santai. Mencari kegiatan yang melepaskan diri dari kesibukan pikiran mengenai masalah yang sedang dihadapi. Pada tahap ini proses pemecahan masalah diendapkan dalam alam pra sadar.
  3. Iluminasi: tahap ini disebut sebagai tahap pemahaman, suatu tahap mendapatkan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja, dan jawaban baru
  4. Verifikasi/produksi: menghadapi dan memecahkan masalah-masalah praktis, sehubungan dengan perwujudan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja, dan jawaban baru. Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah untuk mewujudkan ide dan gagasan kreatif menjadi karya kreatif dan inovatif.

C. Idetifikasi Potensi Peserta Didik

1. Identifikasi Kemampuan Intelektual atau Kecerdasan Umum 

Guru dapat mengidentifikasi kemampuan intelektual atau kecerdasan umum, kecerdasan majemuk, bakat, dan jreativitas peserta didik melalui cara berikut ini

a) Mengamati kemampuan intelektual dan kecerdasan umum peserta didik. 

Identifikasi hasil pengamatan ini bersifat tentatif, tetapi dapat memberi kontribusi kepada guru untuk melakukan penyesuaian yang memadai terhadap kondisi objektif peserta didik. Menurut Makmun (2009:56) guru dapat menandai peserta didik dengan membandingkannya dengan peserta didik 
lainnya di kelas. 
  • Peserta didik yang cenderung selalu lebih cepat dan mudah memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugasnya, dibandingkan dengan teman-temannya, lebih awal dari waktu yang telah ditetapkan (accelerated students).
  • Peserta didik yang cenderung selalu mencapai hasil rata-rata saja, dan hanya dapat menyelesaikan tugasnya sesuai batas waktu yang telah ditetapkan dibandingkan dengan teman-temannya (average students).
  • Peserta didik cenderung selalu memiliki kesulitan dalam memahami materi pelajaran, mencapai hasil yang lebih rendah dari teman-temannya, dan hampir selalu tidak dapat menyelesaikan tugasnya sesuai batas waktu yang telah ditetapkan (slow learners).
b) Analisis hasil ulangan atau tes, tugas, wawancara, analisis himpunan data prestasi belajar (nilai rapor) sebelumnya, sikap perilaku, dan hasil psikotes, dsb.

Cara-cara identifikasi tersebut di atas dapat saling melengkapi untuk mendapatkan informasi yang komprehensif mengenai potensi peserta didik. Hal penting yang perlu mendapat perhatian khusus dan menjadi prioritas untuk diidentifikasi adalah peserta didik prestasinya sering di bawah KKM, yang lambat belajar, serta tingkat kreativitasnya rendah. 

2) Identifikasi Kecerdasan Majemuk dan Bakat

Mengidentifikasi bakat dan kecerdasan majemuk peserta didik dapat menggunakan cara yang sama dengan identifikasi kemampuan intelektual, namun lebih diarahkan kepada bidang studi atau kelompok bidang studi. Bakat khusus di suatu bidang studi biasanya baru nampak jelas pada awal masa remaja.

3) Identifikasi Kreativitas Peserta Didik

Untuk mengidentifikasi kreativitas dapat menggunakan cara
(1) pengamatan, yaitu mengamati proses ketika anak sedang membuat karya kreatif; 
(2) analisis tes, bila peserta didik diberikan kebebasan untuk memberikan beberapa alternatif jawaban; 
(3) analisis karya kreatif dan inovatif


Komentar

Postingan populer dari blog ini

A.4.3 Telaah Pembelajaran dengan Penerapan Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT)

Mengapa Guru Perlu Memahami Culturally ResponsiveTeaching? Culturally Responsive Teaching adalah konsep yang sangat penting bagi guru untuk dipahami karena dapat membantu mereka dalam memberikan pengajaran yang lebih efektif dan relevan bagi siswa dari berbagai latar belakang budaya.  Dengan memahami konsep ini, guru dapat mengembangkan kemampuan mereka dalam memahami kebutuhan dan keunikan siswa dari berbagai latar belakang budaya, sehingga mereka dapat merancang pengajaran yang lebih inklusif dan menarik bagi siswa. Definisi Culturally Responsive Teaching Culturally Responsive Teaching adalah pendekatan pengajaran yang memperhatikan keberagaman budaya dan latar belakang siswa dalam proses pembelajaran . Konsep ini melibatkan penggunaan strategi dan teknik pengajaran yang mencerminkan keberagaman siswa, serta memperhitungkan perbedaan budaya dalam cara siswa belajar. Dalam praktiknya, guru yang menerapkan Culturally Responsive Teaching akan memastikan bahwa materi pelajaran yang disam

A.3.4 Hasil Telaah dan minta komentar teman sejawat | Materi Rancangan Pembelajaran dengan Pendekatan TaRL

Pemahaman Merancang Pembelajaran Berbasis TaRL Teaching at The Right Level (TaRL) merupakan pendekatan pembelajaran yang fokus pada tingkat kemampuan peserta didik. Saat menjadi guru, Bapak/Ibu guru mungkin pernah menemukan peserta didik yang belum mampu mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Dibawah ini adalah Indetifikasi Pemahaman Merancang Pembelajaran Berbasis TaRL yang berbentu tabel Tabel 3.2 Elaborasi Pemahaman Merancang Pembelajaran Berbasis TaRL Komponen Pembelajaran   Apa   yang saya ketahui   Apa yang ingin   saya ketahui   Bagaimana   saya dapat mengetahuinya   Apa yang telah   saya pelajari   Tujuan   pembelajaran TP berasal dari analisi Kata kerja Operasional(komptensi) dan ruang lingkup materi yang menjadi tujuan akhir dari pembelajaran TP yang dari CP apakah perlu diturunkan lagi menurut tingkat kognitif Bloom atau hanya dari TP Mencari Praktek baik dari guru berbagi di PMM dan mencari refenrensi materi yang ada di PMM dan materi sertifikasi pendidik juga di PMM

A.I.3 Hasil Telaah dan minta komentar teman sejawat # A. I. Menerapkan Prinsip Understanding by Design Pada Pembelajaran

Bapak/Ibu guru, pada tahap sebelumnya Bapak/Ibu guru telah mengeksplorasi prinsip UbD dalam merancang pembelajaran. Pada tahap ini, siapkan salah satu perencanaan pembelajaran (RPP/modul ajar) yang Bapak/Ibu guru miliki. Ajaklah   teman sejawat/kepala sekolah/pengawas untuk menelaah rancangan pembelajarannya dengan mengisi rubrik checklist . Rubrik ini memandu Bapak/Ibu guru dalam merefleksikan perencanaan pembelajaran dengan pendekatan UbD.   Dengan   demikian, Bapak/Ibu guru dapat mengetahui sejauh mana perencanaan pembelajaran tersebut relevan dengan prinsip UbD. Modul mapel ekonomi yang saya buat bisa diliat di link dibawah ini: Ekonomi 11 Bab 2 - Pendapatan Nasional Dan Kesenjangan Ekonomi Tabel   1.2   Rubrik   Checklist   Perancangan   Pembelajaran   dengan   Prinsip   UbD   Item   Pernyataan Sudah Belum   Langkah   1.   Menentukan   Tujuan   Pembelajaran   Saya mengidentifikasi sasaran pembelajaran dan fokus pada pemahaman   konsep   yang   mendalam   dan   penerapan   pengetah